Pemda Buol Ambil Langkah Sigap Hadapi Ancaman Antraks dari Gorontalo

TNews,BUOL– Ancaman antraks dari tetangga provinsi Gorontalo memicu respons cepat Pemerintah Sulawesi Tengah, khususnya Kabupaten Buol. Dalam rapat virtual yang digelar pada Selasa (30/07), para pemimpin daerah merumuskan strategi komprehensif untuk melindungi warga dan ternak mereka dari risiko penularan penyakit ini.

Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Buol, Usman Hasan, menyatakan sikap tegas pemerintah setempat dalam menangani ancaman ini. Salah satu langkah berani yang diambil adalah menutup akses masuk sapi dari luar provinsi, terutama dari daerah yang memiliki riwayat antraks.

“Kami menutup pintu bagi sapi dari luar provinsi, khususnya daerah-daerah dengan riwayat antraks,” ungkap Usman saat diwawancarai usai rapat.

Namun, di balik keputusan ini, muncul beberapa pertanyaan terkait efisiensi. Meski mendukung pencegahan, Usman mengkritisi usulan pembentukan tim pengawasan perbatasan untuk memantau sapi.

“Bayangkan, bulan Juni lalu Buol hanya menerima dua ekor sapi. Apakah efisien membentuk tim besar hanya untuk mengawasi dua ekor sapi?” tanyanya.

Sebagai solusi alternatif, Usman menawarkan pendekatan yang lebih luas dan efisien. Ia menyarankan pembentukan pos pengawasan terpadu untuk memantau seluruh komoditas yang masuk dan keluar dari Buol, bukan hanya sapi.

“Kita bisa membuat pos pengawasan terpadu jangka pendek. Bukan hanya mengawasi sapi, tapi seluruh komoditas yang keluar-masuk Buol. Ini jauh lebih efisien dan memberikan manfaat lebih luas,” jelasnya.

Selain itu, upaya pencegahan antraks juga diperkuat melalui sosialisasi di pasar dan tempat penjualan daging. Usman memperingatkan masyarakat untuk tidak tergiur harga murah yang mungkin ditawarkan untuk sapi sakit.

“Jangan tergiur harga murah! Sapi sakit sering dijual dengan harga miring. Ini bisa membahayakan kesehatan Anda dan keluarga,” tegasnya

Rumah Potong Hewan (RPH) juga mendapat perhatian khusus dalam pengawasan. Usman menekankan pentingnya penyembelihan hewan di RPH resmi demi menjaga kesehatan masyarakat. Dengan retribusi sebesar Rp50.000 per ekor, ia menyebutkan bahwa ini adalah investasi kecil untuk kesehatan.

“Kita tidak main-main. Izin usaha bisa dicabut jika melanggar. Kesehatan masyarakat adalah prioritas utama,” tambahnya.

Meski ancaman antraks mengkhawatirkan, Usman Hasan menyerukan masyarakat agar tetap tenang namun waspada.

“Ini bukan saatnya panik, tapi saatnya kita bersatu. Bersama-sama, kita bisa menghadang antraks dan melindungi Sulawesi Tengah,” tutupnya dengan optimisme.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *