Kasus Kematian Jurnalis Sulteng SW, Pesanan Ambulans Picu Analogi Kasus Sambo, Polisi Diharap Tak Terburu-buru Menarik Kesimpulan

Gambar: Kasus Kematian Jurnalis Sulteng SW, Pesanan Ambulans Picu Analogi Kasus Sambo, Polisi Diharap Tak Terburu-buru Menarik Kesimpulan, (3/4/2025).

TNews, SULTENG – Kematian mendadak jurnalis Sulawesi Tengah Situr Wijaya yang ditemukan tewas di kamar Hotel Jakarta Barat pada Jumat (3/4/2025) kini tengah menjadi sorotan.

Penyidik kepolisian telah memeriksa beberapa orang saksi salah satunya diidentifikasi dengan inisial “V,” yang diduga menjadi orang terakhir yang bersama SW sebelum ditemukan meninggal dunia.

Dalam rekaman CCTV yang diungkap pihak kepolisian, V terlihat bersama SW sekitar pada pukul 18:50 WIB, beberapa saat sebelum korban ditemukan tak bernyawa di dalam kamar hotel.

Selain itu, V diduga Kuat juga sebagai orang pertama yang menghubungi istri SW menggunakan ponsel Realme milik korban, tepat setelah kejadian tersebut terjadi. Dalam percakapan dengan istri korban, V mengaku sebagai teman dekat SW.

Panggilan Ambulans Datang dari yang Mengaku Teman Korban

Subadria Nuka dan Stein Siahaan, selaku kuasa hukum dari SF dan AS, pemilik dan sopir ambulans, memberikan penjelasan terkait panggilan ambulans yang mengangkut jenazah SW.bahwa klien mereka menerima pesanan ambulans melalui pesan singkat dari seorang wanita yang mengaku sebagai teman dekat korban. Wanita tersebut mengklaim bahwa SW sedang sakit dan meminta ambulans untuk segera mengantarkan korban ke rumah sakit terdekat di Kebon Jeruk.

“Kehadiran klien kami (SF dan AS) ke hotel tersebut atas adanya orderan dari seorang wanita yang mengaku teman dekatnya korban dan mengaku bahwa jurnalis tersebut sedang sakit lalu diminta dibawa untuk diantarkan ke rumah sakit terdekat di Kebon Jeruk,” kata Subadria dalam keterangannya yang diterima, Senin, (7/4) seperti dikutip media ini.

Namun, sesampainya di kamar hotel,menurut klien kami mendapati kondisi SW sudah tergeletak dan tampak seperti sudah beberapa jam meninggal. Pemesanan ambulans ini menimbulkan kecurigaan publik, yang mulai membandingkan kejadian ini dengan kasus Ferdy Sambo.

Dimana diketahui dalam kasus Ferdy Sambo ia memerintahkan ajudannya saat itu untuk memanggil ambulans guna menyelamatkan nyawa Brigadir J. yang tergeletak berlumuran darah usai ditembak.

Bharada E di rumah dinasnya

KOMNAS HAM KKJ Meminta Polisi Transparan Jangan Gegabah dalam menyimpulkan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melalui Komisioner Abdul Haris Semendawai mengingatkan agar aparat penegak hukum tidak terburu-buru dalam menyimpulkan penyebab kematian SW. Ia meminta agar proses penyelidikan dilakukan secara hati-hati

“Jangan sampai proses ini disimpulkan terlalu cepat. Apalagi jika kita melihat di pemberitaan, seolah-olah tidak ada hal mencurigakan, padahal ada lebam-lebam yang dikatakan bukan akibat kekerasan. Ini harus ditelusuri lebih lanjut dengan data yang lengkap, termasuk memeriksa komunikasi ponsel korban agar tidak menimbulkan keraguan,” tegas Semendawai memalui salah satu TV.

Banyak pihak kini berharap agar polisi lebih transparan dalam mengusut kematian SW, mengingat banyaknya kejanggalan, termasuk panggilan ambulans yang mencurigakan dan peran V.*

Peliput: Tim

Pos terkait

Tinggalkan Balasan