TNew, TOUNA – Insiden kekerasan yang terjadi dalam kegiatan Sispala (Siswa Pecinta Alam) di SMA 1 Ampana Kota,Tojo Una-una,yang melibatkan Puluhan siswa menampar rekannya, kini memasuki babak baru.
Yanti, ibu wali murid korban kekerasan , menegaskan bahwa meskipun ada niat pihak sekolah untuk memberikan sanksi kepada pelaku, langkah mereka untuk mencari keadilan tidak akan berhenti begitu saja.
“Langkah kami tetap lanjut. Apapun sanksi yang diberikan pihak sekolah, kami tetap melanjutkan proses hukum,” ungkap Yanti saat diwawancarai media melalui telepon Jumat (8/11/2024).
Yanti juga menjelaskan bahwa anaknya masih merasakan sakit di bagian mata dan kepala sehingga belum bisa masuk sekolah.
Selain itu, ia menambahkan bahwa pada Kamis (8/11), ia bersama beberapa orang tua murid lainnya diundang untuk proses mediasi di sekolah, namun ia tidak dapat hadir karena sedang berada di kepulauan.
“Proses mediasi hari ini, namun saya belum bisa hadir karena posisi saya masih di kepulauan, Pak. Tapi langkah kami tetap melanjutkan proses hukum,” tegasnya
Selanjutnya Upaya media untuk menghubungi Kepala Sekolah SMA 1 Ampana terkait insiden ini berulang kali gagal. Pihak sekolah enggan mengangkat telepon wartawan
Insiden kekerasan ini memicu berbagai pertanyaan publik. Apakah kejadian ini merupakan hal yang sering terjadi di lingkungan sekolah, atau adakah faktor-faktor lain yang mempengaruhi para Pelaku
Masyarakat pun mendesak agar pihak berwenang lebih serius dalam menyelidiki insiden ini. Mereka berharap proses hukum tidak harus berujung pada sanksi,atau penahanan tetapi lebih fokus mengungkap akar penyebab kekerasan yang terjadi.
Kasus ini juga menyoroti minimnya pengawasan dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMA 1 Ampana, khususnya yang melibatkan aktivitas fisik yang melibatkan banyak siswa.
Beberapa pihak mengusulkan agar seluruh anggota Sispala , termasuk pembina Sispala, diperiksa secara menyeluruh untuk mencegah kejadian serupa di masa depan serta para pelaku mendapatkan pembelajaran yang sesuai.*
Peliput: Jefry