Tangisan Anak di Tojo Una-Una Minta Sekolah Viral, Publik Ikut Tersentuh Namun Fakta lain Terungkap

Gambar: Tangisan Anak di Tojo Una-Una Minta Sekolah Viral, Publik Ikut Tersentuh Namun Fakta lain Terungkap, (13/6/2025).

TNews, TOUNA – Sebuah video berdurasi 36 detik menghebohkan jagat media sosial setelah menampilkan seorang anak laki-laki berusia sekitar 12 tahun memkai seragam sekolah SD menangis histeris karena ingin ekolah.Jumat (13/6/2025)

Dalam video tersebut, yang diduga direkam langsung oleh ayahnya, terdengar suara sang ayah berkata, “Berhenti saja sekolah, Papa tidak ada uang. Papa mau urus kamu juga sudah tidak bisa. Tiap hari kamu dibully, apalagi Papa sakit begini, mau bagaimana lagi sabar saja .”

Kejadian ini diketahui terjadi di wilayah Pulau, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. Video tersebut menyebar luas di berbagai platform media dan banyak publik merasa tersentuh oleh kondisi keluarga tersebut.

Namun di balik keharuan publik,Fakta-fakta lain mulai terkuak dan memunculkan pertanyaan serius. Berdasarkan informasi dari sejumlah sumber terpercaya, ini bukan kali pertama keluarga tersebut viral.

Pada Maret 2025 lalu, mereka juga menjadi sorotan setelah sang anak menangis karena ingin dibelikan baju Lebaran. Peristiwa itu sempat mengundang gelombang donasi dari masyarakat.

Bahkan saat viral pertama kali, donasi yang berhasil dikumpulkan disebut mencapai puluhan juta. Sayangnya, informasi yang diterima menyebutkan bahwa dana tersebut diduga digunakan bukan untuk keperluan pendidikan anak.

tindakan ini mulai menimbulkan kecurigaan bahwa video terbaru ini bisa jadi merupakan bagian dari upaya eksploitasi demi mencari simpati publik dan keuntungan pribadi.

Situasi ini sangat disayangkan, mengingat Pemerintah Touna di bawah kepemimpinan Ilham Lawidu dan Surya S,Sos saat ini tengah memprioritaskan program pendidikan gratis bagi seluruh anak di Touna ,Sejalan dengan program nasional pemerintahan Presiden Prabowo yang menekankan pentingnya akses pendidikan tanpa hambatan biaya.

Masyarakat pun diimbau untuk tetap bijak dan kritis dalam merespons konten viral yang beredar di media sosial. Empati yang tulus sebaiknya tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Jika tidak disikapi secara hati-hati, fenomena seperti ini dapat mencoreng nama baik daerah dan mengganggu kelancaran program-program pemerintah yang benar-benar ditujukan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.*

Peliput: Jefry

Pos terkait

Tinggalkan Balasan