TNews,BUOL- Di tengah derasnya arus informasi digital, Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pogogul di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, mengambil langkah unik untuk menjaga semangat kebangsaan. Alih-alih hanya fokus pada layanan perbankan, BRI Pogogul mengubah halaman kantornya menjadi panggung untuk memperingati Hari Lahir Pancasila tahun ini.
Setyo Eddy Moelyono, Kepala Cabang BRI Pogogul, tampil sebagai inspektur upacara (Irup), membacakan pidato dari Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI, Yudian Wahyudi, pada Sabtu (01/06/2024).
“Pancasila menyatukan kita dengan segala perbedaan suku, agama, budaya, dan bahasa dalam menyongsong 100 tahun Indonesia Emas yang maju, mandiri dan berdaulat,” tegasnya, menyuarakan tema “Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045”.
Dalam era smartphone dan media sosial, di mana informasi mengalir tanpa henti, Setyo melihat peluang sekaligus tantangan.
“Pesatnya kemajuan teknologi informasi harus dimanfaatkan secara bijaksana untuk menyiarkan konten-konten dan narasi positif yang mencerminkan aktualisasi nilai-nilai Pancasila,” ujarnya. Ini adalah panggilan bagi setiap warga digital Indonesia untuk menjadi duta Pancasila di dunia maya.
Setyo menggambarkan Pancasila sebagai “meja statis” yang kokoh, mampu menahan badai sejarah, dan juga sebagai “leitstar dinamis” atau bintang penuntun menuju kemajuan di era globalisasi.
“Pancasila bukan hanya simbol, tapi ideologi yang bekerja, yang manfaatnya dirasakan oleh seluruh tumpah darah Indonesia,” tegasnya.
Di tengah krisis global, Indonesia menjadi anomali positif, berhasil menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan politik. Setyo menekankan, “Ini adalah buah gotong royong seluruh anak bangsa dengan Pancasila sebagai fondasinya.” Dia juga mengapresiasi kedewasaan bangsa Indonesia yang telah melewati Pemilu dengan aman dan damai.
Upacara di BRI Pogogul bukan sekadar ritual tahunan. Ini adalah momen refleksi dan ajakan kepada seluruh warga Buol untuk “membumikan nilai-nilai Pancasila” dalam setiap aspek kehidupan. Di dunia yang semakin terpolarisasi oleh algoritma media sosial, Pancasila hadir sebagai filter, menjaga bangsa Indonesia dari disorientasi nilai.
“Kita butuh lebih dari sekadar regulasi. Kita perlu keteladanan yang tercermin dari etika, integritas, dan karakter para pemimpin dan rakyat Indonesia,” tambah Setyo. Pesan ini menyiratkan bahwa dalam dunia digital yang penuh anonimitas, kita harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur.
Di akhir Pidato, Setyo mengajak seluruh komponen bangsa untuk “bergotong royong merawat anugerah Pancasila”. Di Buol, kota kecil di timur Indonesia, BRI Pogogul menunjukkan bahwa menjaga persatuan bangsa bukan hanya tugas pemerintah pusat atau tokoh nasional. Setiap warga, bahkan institusi finansial, memiliki peran penting dalam merajut kembali semangat Bhinneka Tunggal Ika di era digital.
(Red)